Apa Itu Bystander Effect?


Assalammu'alaikum.....

Halo teman-teman ☺ mumpung kadar malas saya lagi sedikit serta semangat saya sedang menggebu-gebu akhirnya saya mencoba merealisasikan salah satu to do list saya di tahun 2019 untuk kembali aktif menulis dan posting di blog hehehe. Untuk mengawali comeback saya ke dunia blog, saya akan memposting pengalaman yang pernah saya alami dan mungkin pernah dialami juga oleh kalian bahkan oleh orang banyak.

Pernah gak sih kalian ikut grup line/whatsapp, baik itu grup kepanitiaan kampus, grup kelas, grup UKM, bahkan grup kelompok  kemudian kalian meminta bantuan atau menanyakan sesuatu tapi tidak ada yang merespon alias dikacangin padahal yang nge-read banyak? Atau bahkan justru kalian sendiri sering ikut bungkam dan no respond terhadap teman kalian yang meminta bantuan atau sekedar menanyakan sesuatu di grup tersebut? Dan salah satu alasan mengapa kalian tidak merespon dan membalas adalah karena dipikiran kalian terbesit "Ah ngapain saya balas, dia kan gak terlalu dekat sama saya nanti juga yang lain pasti ada yang balas dan juga ngebantu kok." Tapi celakanya ternyata pikiran kalian salah karena semua anggota di grup ternyata berpikiran sama dengan apa yang kalian pikirkan sehingga pada akhirnya tak ada seorang pun yang merespon atau membantu teman kalian tersebut. Fenomena itulah yang dinamakan Bystander Effect. 

Jika kalian berada diposisi yang dikacangin pasti kalian berasa sedih sekaligus kesal kan? Saya cukup sering mengalaminya kok. Bystander Effect ini juga salah satu alasan mengapa saya jadi males untuk ikut organisasi atau suatu kepanitiaan. Suka sedih bercampur kesal gitu kalau dalam suatu grup, baik itu grup kepanitiaan, grup kelas, grup UKM atau grup kelompok  ketika saya bertanya atau meminta bantuan yang serius tapi malah no respond dan dikacangin🤧bahkan yang lebih parah menghilang tanpa kabar ☹ Dari pengalaman dan pengamatan yang saya lakukan, bystander effect ini lebih sering terjadi di grup kepanitiaan semacam kepanitiaan kampus. Meskipun saya sampai saat ini belum pernah menjadi ketua atau koor dalam suatu divisi kepanitiaan, tapi saya sebagai staff atau anggota suka merasa ikut sedih dan sedikit kesal jika ada ada staff atau anggota lain yang terjangkit bystander effect ini :( kalau slow respond masih bisa dimaklumi lah ya karena tidak setiap orang selalu cek ponsel dan ngecek chat satu-satu, mereka pasti punya kesibukan lain. Akan tetapi cukup sering ketika tanda chat sudah di read oleh hampir semua anggota eh malah no respond sama sekali, kan sedih😢Makanya saya jadi males buat ikut organisasi kepanitiaan semacam itu 🤧 Jangan ditiru ya guys! Saya yang hanya menjadi staff atau anggota saja merasa sedih, kecewa bercampur kesal, apalagi ketua atau koor divisinya.

Nah, bagaimana jika posisi kalian adalah sebagai pelaku bystander effect? Apakah saya juga pernah menjadi pelaku bystander effect? Sayangnya IYA! Loh loh, apaan banget sih Anne ini kok merasa sedih, kecewa dan kesal terhadap pelaku bystander effect tapi dia juga pernah menjadi pelaku. Eitsss tunggu dulu, kata pernah menunjukan bahwa saya menjadi pelaku  bystander effect itu di masa lalu, sekarang sudah mulai berubah ke arah yang lebih baik kok hehehe. Dulu saya sering sekali menjadi pelaku bystander effect, apalagi dulu ada situasi yang memaksa saya untuk besikap seperti itu. Tidak perlu dijelaskan lah ya situasi yang menjadi alasan saya melakukan hal tersebut, terlalu drama dan panjang nanti hehehe. Intinya saya menyesal, sedih dan kecewa terhadap diri saya sendiri karena dulu pernah menjadi pelaku bystander effect. Mungkin sampai saat ini tanpa sengaja saya juga masih sering menjadi pelaku bystander effect, tapi intensitas dan unsur kesengajaannya tidak seperti dulu, sekarang jatuhnya lebih ketidak sengaja. Apabila saya dalam keadaan bisa merespon dan membantu saya insyaAllah akan membantu sebisa yang dapat saya lakukan, jika dulu mungkin saya cuek-cuek saja ya dan dengan sengaja melakukan bystander effect ini. Memang sih, saya itu tipe orang yang tidak bisa banyak basa-basi jika berinteraksi di dunia maya atau sosial media. Grup line/whatsapp yang beranggotakan saya dengan sahabat-sahabat saya saja sampai lumutan dan ada sarang laba-laba saking jarangnya kita chat🙃paling jika memang ada hal penting dan mau pergi main bareng baru deh kita chit-chat. Tapi sekalinya kita ketemu, kita bisa ngobrol dari pagi sampai maghrib nonstop wkwkwk 😂 mungkin karakter saya dan sahabat saya memang mirip ya, lebih cerewet kalau berinteraksi langsung, soalnya kan ada juga tipe orang yang di sosmed atau grup keliatan akrab dan rame banget eh pas ketemu dan interaksi langsung malah awkward. Jadi, mari kita sama-sama belajar untuk mencoba lebih peduli dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Menolong orang kan dapat pahala gitu dan pastinya Allah akan membalasnya. Siapa tahu respon dan pertolongan kita memang sangat diperlukan dan berarti bagi orang lain.

Oh iya, cerita mengenai respon di grup line/whatsapp kepanitian itu hanya salah satu contoh dari bystander effect ya. Jika kalian melihat kakek-kakek yang kesulitan menyebrang dijalan raya dan tidak ada yang menolong atau membantu, itu juga bisa dikategorikan sebagai bystander effect . Jadi apa sih bystander effect itu? Singkatnya bystander effect adalah suatu keadaan dimana ketika seseorang membutuhkan bantuan tetapi tak seorang pun datang untuk merespon atau membantu karena orang-orang disekitarnya berpikiran dan berpendapat bahwa pasti akan ada orang lain yang menolongnya. Untuk lebih lengkapnya kalian bisa liat di tautan ini ya. Terakhir, postingan ini bukan untuk menyudutkan salah satu pihak terutama pelaku bystander effect ya, justru saya membuat postingan ini sebagai salah satu intropeksi untuk diri saya sendiri agar bisa lebih care dan peduli jika ada teman atau orang yang membutuhkan bantuan. Jika, kalian pernah menjadi bystander effect yuk kita belajar bareng-bareng untuk lebih peduli dengan orang lain dan lingkungan sekitar ☺ Postingan mengenai bystander effect ini saya cukupkan sampai di sini ya. Semoga bermanfaat. Yang merasa pernah menjadi pelaku dan/atau korban bystander effect boleh sharing di kolom komentar ya guys. Terima kasih ☺









1 Comments

  1. Damn, saya sampai sekarang masih menjadi korban dan sekaligus pelaku bystander effect, huhuu. Miris sekali memang. Benar memang benar karma pasti berlaku hehhe. Jauh lebih penting dari itu bahwa kita intinya harus lebih aware terhadap suatu group yaaa. Untuk hanya sekedar menjawab salam ajaa kadang enggan loh dududu, entah ini memang seperti sudah membudaya dalam masyarakat kita. (termasuk aku masih jadi salahsatunya). Sharing dikit, posisi koor gaenak, tapi harus ambil resiko, bukan paling mampu, tapi inget pepatah, kalo" amanah tidak pernah salah pundak", jadi kalo mendapati tipe tupe bystander effect setidaknya sudah was-was dulu terhadap apa resikonya nanti. hehe. Semangatt. Btw untuk Anne makasih udah buat tulisan yang bagus seperti ini. Terus berkarya dan menginsfirasi banyakorang :)

    ReplyDelete